PRASASTI INDONESIA-Prasasti adalah contoh sumber tertulis sezaman dan setempat dan merupakan rekaman sejarah pengalaman hidup masyarakat pada zaman aksara. Jadi disini kita akan menjabarkan prasasti-prasasti yang ada di indonesia, jenis-jenis bahan pembuatan prasasti dan juga bahasa apa saja yang digunakan dalam prasasti serta digunakan sebagai apa prasasti itu pada jaman tersebut.
PRASASTI INDONESIA
PRASASTI INDONESIA
Prasasti berarti pengumuman atau proklamasi, semacam perundang-undangan yang memuji raja, dan biasanya berbentuk puisi atau bahasa puisi. Dalam istilah bahasa Inggris disebut enloggistie. Istilah lain untuk prasasti adalah inscriptie atau piagam. Ilmu yang mempelajari tentang prasasti disebut epigraphy.
a. Bahan Pembuatan Prasasti
Prasasti ada yang terbuat dari batu (disebut Caila Prasasti), dari logam, atau dari batu bata. Wujud prasasti yang berupa batu (Caila Prasasti) terdiri atas:
a) batu biasa (batu kali) disebut natural stone;
b) batu lingga (batu lambang Siwa);
c) pseudo lingga (lingga semu), biasanya berupa batu patok atau batu pembatas;
d) batu yoni (lambang isteri Siwa), biasanya juga disebut lambang wanita.
Adapun prasasti dari logam terbuat dari tembaga, perunggu, atau emas. Prasasti dari perunggu, misalnya, prasasti dari Airlangga, yakni prasasti Calcutta. Prasasti yang berupa batu bata disebut juga Terra Cotta. Prasasti dari batu bata ini di Indonesia hanya sedikit sekali kita dapatkan. Contohnya adalah prasasti di candi Sentul.
b. Jenis Bahasa yang Digunakan dalam Prasasti
Berdasarkan bahasa yang digunakan, prasasti dibedakan menjadi empat.
1) Prasasti berbahasa Sanskerta, misalnya, prasasti Kutai, prasasti Tarumanegara, prasasti Tuk Mas, prasasti Canggal (sumber sejarah Mataram Hindu), Ratu Boko, Kalasan, Kelurak, Plumpungan, dan Dinoyo.
2) Prasasti perpaduan bahasa antara Jawa Kuno dengan Sanskerta, misalnya, prasasti Kedu, prasasti Randusari I dan II, dan prasasti Trowulan I, II, III, IV.
3) Prasasti perpaduan bahasa Melayu Kuno dengan Sanskerta, misalnya prasasti Kota Kapur di Sriwijaya, prasasti Gondosuli, prasasti Dieng, dan prasasti Sajomerto (Pekalongan).
4) Prasasti perpaduan bahasa Bali Kuno dengan Sanskerta. Prasasti Bali Kuno kebanyakan terdapat di pura atau candi. Prasasti ini dianggap benda suci sehingga hanya diperlihatkan pada waktu upacara oleh para pedande (pendeta). Prasasti di Bali pada umumnya berisi Raja Casana atau peraturan dari raja. Pura yang terkenal di Bali, misalnya, Bangli, Kintamani, dan Sembiran. Ahli prasasti Bali adalah R. Goris. Beliau mentranskrip prasasti Bali. Di Bali, prasasti yang sudah rusak, hurufnya diduplikasikan kembali dengan istilah "tinulat". Ada keanehan pada prasasti Tugu Sanur. Tinggi prasasti adalah 1 m, bentuknya agak silinder, tetapi tulisannya sudah rusak. Prasasti ini memiliki keistimewaan menggunakan huruf Pranagari menggunakan bahasa Bali Kuno, sedangkan yang menggunakan huruf Bali Kuno menggunakan Bahasa Sanskerta. Artinya, prasasti Tugu Sanur ditulis dengan menggunakan dua bahasa (bilingual).
c. Fungsi Prasasti
Secara umum isi prasasti memuat beberapa bagian, antara lain, sebagai berikut.
a) Penghormatan kepada dewa dalam agama Hindu biasanya diawali dengan kata Ong Civaya,sedangkan agama Buddha diawali dengan kata Ong nama Buddhaya.
b) Angka tahun dan penanggalan, dalam penulisannya biasanya diawali dengan permulaan kata-kata: "Swasti Cri Cakawarsatita" yang berarti Selamat Tahun Caka yang sudah berjalan. Penamaan hari dalam satu minggu (tujuh hari) terdiri dari: Raditya (Minggu), Soma (Senin), Anggara (Selasa), Buddha (Rabu), Respati (Kamis), Cakra (Jumat), dan Sanaiswara (Sabtu).
c) Menyebut nama raja, diawali dengan kata-kata "Tatkala Cri Maharaja Rakai Dyah ..." dan selanjutnya.
d) Perintah kepada pegawai tinggi, perintah ini biasanya melalui Rakryan Mahapatih dengan istilah "Umingsor ring rakryan Mahapatih ...", jadi raja tidak memberi perintah langsung.
e) Penetapan daerah sima (daerah bebas pajak), yang telah menolong raja atau menolong orang penting atau telah menolong rakyat banyak, misalnya, daerah penyeberangan sungai.
f) Sambhada (sebab musabab mengapa suatu daerah dijadikan sima).
g) Para saksi.
h) Desa perbatasan sima disebut juga "wanua tpisiring".
i) Hadiah yang diberikan oleh daerah yang dijadikan sima kepada raja, kepada pendeta, dan para saksi. Jika berupa uang, ukurannya adalah Su,berarti suwarna atau emas. Ma berarti masa dan Ku berarti kupang (1 su = 16 Ma = 64 Ku atau 1 Su = 1 tail = 2 real), demikianlah ukuran uangnya.
j) Jalannya upacara.
k) Tontonan yang diadakan.
l) Kutukan (sumpah serapah kepada orang yang melanggar peraturan daerah sima).
a) Penghormatan kepada dewa dalam agama Hindu biasanya diawali dengan kata Ong Civaya,sedangkan agama Buddha diawali dengan kata Ong nama Buddhaya.
b) Angka tahun dan penanggalan, dalam penulisannya biasanya diawali dengan permulaan kata-kata: "Swasti Cri Cakawarsatita" yang berarti Selamat Tahun Caka yang sudah berjalan. Penamaan hari dalam satu minggu (tujuh hari) terdiri dari: Raditya (Minggu), Soma (Senin), Anggara (Selasa), Buddha (Rabu), Respati (Kamis), Cakra (Jumat), dan Sanaiswara (Sabtu).
c) Menyebut nama raja, diawali dengan kata-kata "Tatkala Cri Maharaja Rakai Dyah ..." dan selanjutnya.
d) Perintah kepada pegawai tinggi, perintah ini biasanya melalui Rakryan Mahapatih dengan istilah "Umingsor ring rakryan Mahapatih ...", jadi raja tidak memberi perintah langsung.
e) Penetapan daerah sima (daerah bebas pajak), yang telah menolong raja atau menolong orang penting atau telah menolong rakyat banyak, misalnya, daerah penyeberangan sungai.
f) Sambhada (sebab musabab mengapa suatu daerah dijadikan sima).
g) Para saksi.
h) Desa perbatasan sima disebut juga "wanua tpisiring".
i) Hadiah yang diberikan oleh daerah yang dijadikan sima kepada raja, kepada pendeta, dan para saksi. Jika berupa uang, ukurannya adalah Su,berarti suwarna atau emas. Ma berarti masa dan Ku berarti kupang (1 su = 16 Ma = 64 Ku atau 1 Su = 1 tail = 2 real), demikianlah ukuran uangnya.
j) Jalannya upacara.
k) Tontonan yang diadakan.
l) Kutukan (sumpah serapah kepada orang yang melanggar peraturan daerah sima).
d. Contoh-Contoh Prasasti di Indonesia
Berikut contoh beberapa rekaman pengalaman masyarakat Indonesia yang berwujud prasasti sebagai berikut:
1. Prasasti Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai terletak di sekitar aliran Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Menurut bukti prasasti yang ditemukan, Kutai merupakan kerajaan tertua di Indonesia. Prasasti Kutai itu ber- bentuk tugu atau yupa yang berbahasa sanskerta dan huruf pallawa. Dalam salah satu prasasti dinyatakan nama-nama raja seperti Kudungga, Aswawarman, dan Mulawarman sebagai peringatanupacara kurban. Dilihat dari bentuk tulisan pada yupa diduga prasasti itu dibuat pada abad ke-5 Masehi. Raja terkenal Kutai adalah Mulawarman, seperti diungkap- kan pada salah satu yupa berikut ini: ”Sang Maharaja Kudungga yang amat mulia mempunyai putra yang masyur yang bernama Aswawarman. (Dia) mempunyai tiga orang putra yang seperti api. Yang terkemuka di antara ketiga putranya adalah sang Mulawarman, raja yang besar, yang berbudi baik, kuat, dan kuasa, yang telah upacara korban emas amat banyak dan untuk memperingati upacara korban itulah tugu ini didirikan”.
Kerajaan Kutai terletak di sekitar aliran Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Menurut bukti prasasti yang ditemukan, Kutai merupakan kerajaan tertua di Indonesia. Prasasti Kutai itu ber- bentuk tugu atau yupa yang berbahasa sanskerta dan huruf pallawa. Dalam salah satu prasasti dinyatakan nama-nama raja seperti Kudungga, Aswawarman, dan Mulawarman sebagai peringatanupacara kurban. Dilihat dari bentuk tulisan pada yupa diduga prasasti itu dibuat pada abad ke-5 Masehi. Raja terkenal Kutai adalah Mulawarman, seperti diungkap- kan pada salah satu yupa berikut ini: ”Sang Maharaja Kudungga yang amat mulia mempunyai putra yang masyur yang bernama Aswawarman. (Dia) mempunyai tiga orang putra yang seperti api. Yang terkemuka di antara ketiga putranya adalah sang Mulawarman, raja yang besar, yang berbudi baik, kuat, dan kuasa, yang telah upacara korban emas amat banyak dan untuk memperingati upacara korban itulah tugu ini didirikan”.
Ia sering disamakan dengan Ansuman, yaitu Dewa Matahari. Raja Mulawarman dikenal sangat dekat dengan rakyatnya. Ia juga memiliki hubungan yang baik dengan kaum Brahmana yang datang ke Kutai. Diceritakan bahwa Raja Mulawarman sangat dermawan. Ia memberi sedekah segunung minyak dan lampu. Ia juga memberikan hadiah 20.000 ekor lembu kepada Brahmana di suatu tempat yang disebut Wafrakeswara. Wafrakeswara adalah tempat suci untuk memuja Dewa Siwa. Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa Raja Mulawarman menganut agama Hindu Siwa. Dari besarnya sedekah Raja Mulawarman ini memperlihat- kan keadaan masyarakat Kutai yang sangat makmur. Kemakmu- ran ini didukung oleh peranan yang besar. Kerajaan Kutai dalam pelayaran dan perdagangan dunia. Hal ini disebabkan karena letak Kutai yang sangat strategis, yaitu berada dalam jalur perdagangan utama Cina−India.
2. Prasasti Kerajaan Tarumanagara
Kerajaan Tarumanagara terletak di daerah Bogor, Jawa Barat. Adanya kerajaan tertua di Pulau Jawa ini, didukung oleh beberapa prasasti, seperti:
Kerajaan Tarumanagara terletak di daerah Bogor, Jawa Barat. Adanya kerajaan tertua di Pulau Jawa ini, didukung oleh beberapa prasasti, seperti:
(1) Prasasti Ciaruteun/Ciampea (Bogor)
Prasasti Ciaruteun ditemukan di dekat muara Cisadane. Pra- sasti itu ditulis pada sebuah batu besar disertai cap sepasang telapak kaki. Terjemahan tulisan prasasti itu antara lain: Ini bekas sebuah kaki yang seperti kaki dewa Wisnu, ialah kaki Yang Mulia Purnawarman, raja negeri Taruma yang gagah berani di dunia.
(2) Prasasti Kebon Kopi (Bogor)
Prasasti ini ditemukan di Cibungbulang, Bogor. Dalam prasasti ini terdapat gambar dua telapak gajah yang disama- kan dengan telapak gajah Airawata (gajah kendaraan Dewa Wisnu). Terjemahan tulisan prasasti itu antara lain: Di sini tampak sepasang dua telapak kaki.... yang seperti Airawata, gajah penguasa Taruma (yang) agung dan ... kejayaan. Isi prasasti tidak dapat dibaca selengkapnya karena ada bagian tulisan yang sudah usang.
(3) Prasasti Tu g u (Cilincing, Jakarta)
Prasasti ini ditemukan di Desa Tugu, Cilincing, Jakarta Utara. Prasasti ini merupakan prasasti Tarumanagara yang terpanjang dan terpenting. Isinya antara lain tentang penggalian sebuah saluran sepanjang 6112 tumbak (lebih kurang 11 Km), yang bernama Gomati. Penggalian itu dilakukan pada tahun ke−22 pemerintahan Raja Purnawarman. Pekerjaan penggalian diselesaikan dalam waktu 21 hari. Setelah selesai, diadakan selamatan di mana raja memberikan hadiah 1000 ekor sapi kepada para Brahmana. Di samping itu, prasasti tugu menyebutkan penggalian sungai bernama Candrabaga.
(4) Prasasti Muara Cianten (Bogor)
Prasasti ini ditulis dengan huruf ikal dan belum dapat dibaca.
(5) Prasasti Jambu (Leuwiliang)
Prasasti ini ditemukan di Bukit Koleangkak, termasuk perke- bunan Jambu, kira−kira 30 km sebelah barat Bogor. Prasasti ini berisi sanjungan kebesaran, kegagahan, dan keberanian Raja Purnawarman.
(6) Prasasti Lebak (Banten)
Prasasti Lebak ditemukan pada tahun 1947. Prasasti ini hanya terdiri atas dua baris kalimat. Corak tulisan mirip dengan tulisan pada prasasti Tugu. Isinya memuji kebesaran dan keagungan Raja Purnawarman. Sumber prasasti Tarumanagara dibuat dengan bahasa Sans- kerta dan huruf Pallawa. Dari salah satu prasasti diketahui diketahui Raja terkenal dari Tarumanegara adalah Purnawarman. Hal itu seperti diungkapkan dalam prasasti Ciaruteun, yaitu: ”Ini adalah dua tapak kaki Raja Purnawarman raja dari negeri Taruma, raja yang gagah berani”. Purnawarman pun dikenal sebagai raja yang memperhatikan masalah pertanian dan peternakan yang diungkapkan dalam prasasti Tugu.
3. Kerajaan Sriwijaya
Prasasti-prasasti yang berkaitan dengan kerajaan Sriwijaya antara lain:
(a) Prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuwo, dan Telaga Batu yang ditemukan di dekat Palembang menceritakan berdirinya Kerajaan Sriwijaya pada tahun 683 M. Pusat kerajaan terletak di dekat kota Palembang sekarang.
(b) Prasasti Kota Kapur dan Karang Berahi yang ditemukan di Bangka dan Jambi menceritakan wilayah kekuasaan Sriwijaya sampai ke Pulau Bangka dan Melayu.
Prasasti-prasasti yang berkaitan dengan kerajaan Sriwijaya antara lain:
(1) Prasasti Kedukan BukitIsi prasasti membawa kita pada kesimpulan sebagai berikut.
Isi Prasasti menyatakan bahwa Dapunta Hyang mengada- kan perjalanan suci (sidhayarta) dengan perahu dan membawa 2.000 orang. Dalam perjalanan tersebut, ia berhasil menaklukkan beberapa daerah.
(2) Prasasti Talang Tuwo
Isi prasasti menyatakan pembuatan taman bernama Srikse- tra. Taman itu dibuat oleh Dapunta Hyang untuk kemakmuran semua makhluk.
(3) Prasasti Telaga Batu
Isi prasasti menyatakan kutukan bagi rakyat yang melakukan kejahatan dan tidak taat pada perintah raja.
(4) Prasasti Kota Kapur
Isi prasasti menyatakan usaha Kerajaan Sriwijaya untuk menaklukkan Jawa yang tidak setia kepada Sriwijaya.
(5) Karang Berahi
Isi kedua prasasti menyatakan permintaan dewa agar menjaga Kerajaan Sriwijaya dan menghukum setiap orang yang bermaksud jahat.
(a) Prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuwo, dan Telaga Batu yang ditemukan di dekat Palembang menceritakan berdirinya Kerajaan Sriwijaya pada tahun 683 M. Pusat kerajaan terletak di dekat kota Palembang sekarang.
(b) Prasasti Kota Kapur dan Karang Berahi yang ditemukan di Bangka dan Jambi menceritakan wilayah kekuasaan Sriwijaya sampai ke Pulau Bangka dan Melayu.
Setelah prasasti di atas, sumber sejarah tentang Kerajaan Sriwijaya dapat kita ketahui dari prasasti di Indo Cina dan India serta catatan-catatan Cina dan Arab. Catatan dari Cina berasal dari I Tsing, seorang rahib Buddha. Sedangkan catatan dari Arab berasal dari Raihan Al-Beruni seorang ahli geografi dari Persia.
0 komentar:
Posting Komentar